Rabu, 04 September 2019

Review Buku Sang Juragan Teh


SANG JURAGAN TEH

Oleh Hella S. Haasse





 



1.      Penulis                       :         Hella S. Haasse
2.      Sinopsis                    :        Meski lahir dalam keluarga kaya, Rudolf Kerkhoven tak terpengaruh oleh kemewahan dan prasangka di sekelilingnya. Jangkauan kekayaan keluarganya mencapai daerah kolonial Belanda, sehingga setelah lulus sekolah, ia pergi ke Jawa. Dan  jatuh cinta pada tanah Priangan.
Dedikasi, semangat, dan kecerdasan Rudolf sedikit demi sedikit membuat perkebunan teh, kopi, dan kina menjadi produktif. Hidupnya semakin bahagia dengan kehadiran Jenny, gadis yang berpikiran independen, dan putra-putri mereka. Namun, bagi Jenny yang lahir dan besar di Jawa, perkebunan mereka yang lembab, kesuburannya, dan jiwa perkebunan itu sendiri bagaikan belenggu.
Sang Juragan Teh akan membawa pembaca ke Hindia Timur, ke dalam budaya kolonial yang bertumpu pada sikap diam penduduk setempat, keangkuhan para kolonialis, dan kerja keras keduanya; dunia yang memiliki jiwa unik dan memikat.
3.     Alih bahasa                 :           Indira Ismail
4.      Editor                         :            Primadonna Angela dan Meggy Soejatmiko
5.      Penerbit                      :           PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
6.      Perancang sampul     :           Peter Van Donge
7.      Jumlah halaman        :           440 halaman
8.      Tahun terbit               :           2015
9.   Terbitan asli             :         Berjudul Heren Van De Thee yang diterbitkan oleh Amsterdam, Em. Querido’s Uitgeverij B.V., pada tahun 1992.
10.  Tinjauan pribadi       :           Apa yang disampaikan dalam buku ini benar-benar seolah membawa kita pada masa Hindia Belanda, khususnya daerah Cikalong, Gambung, Banjaran, dan Arjasari yang sering tersebutkan dalam latar cerita, juga ada sedikit cerita yang menggambarkan kehidupan para kaum pribumi era itu. Sebenarnya Rudolph Kerkhoven orang yang pekerja keras dan mempunyai komitmen yang sangat kuat terhadap tujuannya sendiri, sekalipun saudara-saudara yang telah lebih senior juga berpengalaman lebih lama dibandingnya pun ketika memberi saran tidak langsung ditelan bulat-bulat oleh beliau, melainkan beliau selalu melakukan riset dan bereksperimen sendiri. Kecintaannya terhadap Gambung dan keluarga begitu besar tetapi karena kesederhanaan beliau membuat istrinya yaitu Jennie tersiksa hingga meninggal dunia karena tekanan dan gejolaknya yang tidak terkendalikan. Begitu banyak menguras emosi dan seolah turut menyaksikan tragedi demi tragedi yang datang silih berganti yang dihadapinya, mulai dari Bertha kakaknya yang meninggal dunia ketika melahirkan, kekurangan dana, anaknya meninggal, guru les anaknya meninggal, hubungannya dengan Henny suami Cateu adiknya yang kurang baik sehingga otomatis mengganggu kekonsistenannya dalam usahanya sehingga menjadikan Gambung yang pada awalnya sebuah hutan belantara dengan akses yang sangat sulit menjadi Gambung kini yang besar hingga kita kenal saat ini. Kelebihan buku ini adalah jalan cerita yang detail dan mendalam, juga menggunakan gaya bahasa yang lugas dan mudah dimengerti sehingga membuat kita lebih mudah memahami alur, hanya saja pada awal-awal cerita sempat kebingungan dengan nama-nama tokoh yang cenderung memiliki kesamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar