Kamis, 23 Maret 2023

Kampung Daun Heritage Lodaya, Eksotisme Perkampungan Tua di Selatan Bandung.

Kampung Daun Heritage Lodaya.

     Siapa yang menyukai kesejukan alam pegunungan? Saya yakin semua dari kita jawabannya "saya!!!". Berdasarkan dari judul, kampung daun memiliki arti kampung yang dikelilingi oleh tumbuhan berdaun, dan heritage memiliki makna warisan yang berkategori masa bertahan lebih dari 80 tahun.

    Terletak di ujung Selatan Kabupaten Bandung yang hanya di batasi oleh satu gunung dengan wilayah Kabupaten Garut. Yakni Kampung Lodaya, dan lebih cocok dipanggil Kampung Daun Heritage Lodaya, yang berada di wilayah administratif Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Bila kita jalan-jalan seputaran Kampung Lodaya akan kita dapati keindahan panorama timur Gunung Kendang dan barat Gunung Wayang serta Gunung Windu, sepanjang mata memandang di sebelah utara dan selatan disuguhi panorama hamparan perkebunan teh yang eksotis, hijau dan damai. Dinginnya hawa, murninya udara memaknai atmosfir pegunungan yang sebenarnya.


Salah satu bagian perkebunan teh di Kampung Lodaya menghadap bukit.

    Salah satu keunikan yang ada di Kampung Daun Heritage Lodaya adalah dialek berbahasa Sunda yang khas, sulit diterangkan menggunakan rangkaian kata, kita harus secara langsung mendengarkan, orang-orang bilang ini unik, saya kira biasa saja karena sudah terbiasa sebagai penduduk lokal, tetapi setelah sekian banyak tempat diluar Kampung Lodaya yang juga berbahasa Sunda saya jajaki ternyata memang benar Kampung Lodaya memiliki dialek khas yang hanya ada di Kampung Lodaya ini sendiri. Dalam satu desa, bahkan dengan kampung terdekatpun yaitu Kampung Kertasari, Kampung Lodaya tetap memiliki ciri khas yang orang sebut "dialeu-aleu" atau dalah Bahasa Indonesia "didayu-dayu". Juga daya tarik kampung ini ketika pagi hari menjelang, semua masyarakat berada pada kesibukannya masing-masing. Pagi-pagi sekali ketika embun masih eksis kelompok penduduk memulai aktifitas untuk pergi memetik teh, sebagian lainnya menuju ladang, beberapa saat kemudian anak-anak berseragam merah putih menuju SD, para ABG berkumpul di pertigaan sisi selatan kampung menunggu jemputan menuju SMP, remaja lebih besar menggunakan motor menuju SMA, para bapak-bapak usia produktif memikul jerigen besi yang kita sebut "bes" berisi susu sapi segar untuk disetor ke KPBS, beberapa lama setelah itu ketika sinar matahari mulai terasa hangat beberapa ibu-ibu berjalan menuntun anaknya menyusuri jalan perkampungan menuju sekolah TK, di pinggir jalan dan sebagian halaman para lansia dan penduduk berjemur sambil ngobrol santai, para pemotor gunung yang bahasa lokal disebut jabrug mengantri membeli bensin saling beriringan untuk mencari rumput pakan ternak, dan para pengangguran sepertinya tetap bertahan di kasur sambil bermain gadget.

    Sisi lain kesibukan penduduk, Kampung Daun Heritage Lodaya memiliki nilai sejarah yang begitu kental dari masa kolonial. Pada awalnya kampung ini merupakan perkebunan teh dan kina milik pengusaha teh Priangan yang begitu terkenal di masanya, yaitu milik keluarga Kerkhoven, Rudolph Eduard Kerkhoven (R. E. Kerkhoven) yang mana beliau juga sebagai pemilik perkebunan teh Gambung, Ciwidey. Perkebunan teh Kampung Lodaya di bawah pengelolaan Karel Albert Rudolf Bosscha (K. A. R. Bosscha) adalah sebuah afdeling bagian dari PTP Nusantara VIII Perkebunan Teh Talun Santosa bisa dibilang perluasan dari Perkebunan Teh Malabar tempat K. A. R. Bosscha sebagai administraturnya dan tinggal. Teh dan kina sangat jaya di masa itu, sekedar informasi khusus produk kina dari Hindia Belanda memenuhi 80% kebutuhan kina dunia dengan 60%  pasokan dari perkebunan Priangan. Seiring berjalannya waktu wabah Malaria kian menurun maka berbanding lurus dengan kebutuhan kina, hingga kemudian sekitar tahun 1980-an tanaman kina dihilangkan karena dianggap sudah tidak lagi memberikan keuntungan sehingga diganti seluruhnya dengan komoditi teh.

    Masa jaya perkebunan terus bertahan hingga sekarang walau dengan komoditi lain, kesuksesan para Preanger Planters dan keturunannya hingga masa nasionalisasi pada akhir 1957 mewariskan banyak hal termasuk bangunan yang kini masuk pada kategori bangunan tua peninggalan era kolonial. Begitupun dengan Kampung Lodaya yang terwarisi dengan perkebunan teh dan bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis.

    Kampung Daun Heritage Lodaya ada dan berkembang setelah pembukaan lahan untuk dijadikan perkebunan kina dan teh kala itu semenjak hukum agraria diterapkan di Hindia Belanda sebelum tahun 1900an. Kala itu mayoritas penduduk di sini semua berasal dari Garut dan Tasik, eksistensinya bertahan hingga sekarang yang menjadi perkampungan dengan daya tarik heritage berupa bangunan kokoh permanen yang pernah digunakan sebagai rumah dinas administratur serta pengelola perkebunan lainnya beserta bedeng-bedeng perkebunan lama berbahan kayu dan anyaman bambu tempat para pegawai biasa tinggal. Tetapi sayang sekali eks-pabrik kina yang pernah berdiri sudah tidak ada, hanya bersisakan beberapa bagian pondasinya saja, pun dengan dokumentasi lamanya sangat sulit didapatkan, saya sendiri belum pernah melihatnya, hanya sebatas keterangan dari beberapa saksi yang dulu pernah hidup pada era jayanya kina di Kampung Lodaya.

    Dikarenakan komoditi kina sudah tak begitu menjadi primadona, sehingga eksistensinya mulai pudar, begitupun dengan pabriknya yang ada di Kampung Lodaya, konon ketika masa jayanya sampai di sini terdapat fasilitas bioskop atau gedung khusus pemutara film. Tiga bangunan gedong, yaitu bangunan permanen khas arsitektur Eropa kala itu yang masih berdiri kokoh. Dari ketiga bangunan ini, dua digunakan sebagai tempat tinggal, satu digunakan sebagai sekolah TK, tetapi dulunya digunakan sebagai rumah para administraturnya, dan menurut sejarawan yang pernah berkunjung ke sini mengemukakan bahwa kemungkinan besar administratur atau yang memiliki pangkat paling tinggi mendiami gedong yang sekarang menjadi TK, terlihat dari bentuk bangunannya yang lebih mewah dari dua lainnya. Tidak jauh dari gedong ini terdapat lapangan tenis yang juga masih kokoh tetapi sudah tidak berfungsi sebagaimana peruntukannya. Melipir sedikit ke barat terdapat satu bangunan berasitektur Belanda tetapi berbahan kayu, disinyalir dulunya digunakan sebagai bengkel mekanik atau gudang, karena pernah di sekitaran area ini pernah ditemukan sasis mobil lama yang terkubur dan beberapa peralatan mekanik, ketika pabrik kina sudah tidak beroperasi bangunan ini digunakan sebagai posyandu, lalu saat ini sebagai tempat tinggal. Terdapat pula 2 tangsi militer yang kini digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi nama "tangsi" masih tersemat sebagai nama dari dua rumah ini. Ada empat jenis bedeng-bedeng perkebunan tempat hunian dinas para pegawai perkebunan, yaitu yang berbahan batako, non-asbes, anyaman bambu, serta kolaborasi antara kayu dan bambu.

Eks rumah administratur yang kini digunakan sebagai sekolah TK.


Rumah mandor besar.


Rumah administratur yang kini disebut sinder atau kepala afdeling.


Rumah yang dulunya digunakan sebagai bengkel kemudian posyandu.


Bedeng berbahan kayu dan bambu.


Rumah eks tangsi militer.


Jalan boulevard khas perkebunan teh, kanan kiri dihiasi pohon cemara.



Pagi hari masih dihiasi embun.


    Sekian gambaran singkat Kampung Lodaya yang bisa saya rangkai berdasarkan pengetahuan pribadi, cerita orang, juga beberapa sumber buku sejarah perkebunan di Hindia Belanda. Sebenarnya begitu banyak cerita dari Kampung Lodaya, nanti akan saya tulis dalam masing-masing judul walau butuh waktu. Saya kekurangan informasi sejarah dengan dasar literasi, kebanyakan hanya dari cerita para orangtua yang mengalami sendiri atau juga cerita dari orangtuanya terdahulu, kepingan-kepingan cerita ini pula saya terima dan cerna untuk disusun menjadi sebuah rangkaian cerita.

    Terima kasih telah mampir di blog saya, jangan hanya mampir di blog tetapi mampir langsung ke Kampung Lodaya jauh lebih menarik, keep calm and stay productive, hidup akan indah jika kita memaknainya dengan indah.

Wassalam - Galih M. Yusuf -


Tentang saya https://linktr.ee/galihmyusuf

Sabtu, 11 Februari 2023

Bikin Betah di Makam Emmeril Kahn Mumtadz, Mendiang Anak Pak Ridwan Kamil

Anak tangga menuju area pemakaman.

     Publik dibuat terkejut dengan berita hilangnya putra sulung Gubernur Jawa Barat, Pak Ridwan Kamil dan Bu Atalia, yaitu Emmeril Kahn Mumtadz pada 26 Mei 2022 di Sungai Aare, Swiss. Emmeril atau yang  akrab dipanggil Eril hilang di Sungai Aare ketika sedang berenang bersama adik dan saudaranya, juga Bu Cinta yang ada di lokasi. Eril dan keluarga sedang berada di Swiss saat itu dalam rangka persiapannya menempuh pendidikan S2. 14 hari kemudian tepatnya pada hari Rabu, 8 Juni 2022 jasad Eril ditemukan di Bendungan Engehalde dengan kondisi yang masih sangat bagus karena terawetkan secara alami dengan kondisi air yang sangat dingin sehingga terjadinya proses pembekuan. Jenazah diterbangkan dari Bandara Internasional Zurich pada hari Sabtu 11 Juni 2022 pukul 15.10 WIB dan tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta pada Minggu 12 Juni 2022 pukul 15.45 WIB.

    7 bulan setelah pemakaman, saya berkesempatan untuk mengunjungi makam Eril, bisa dibilang berziarah. Akses ke area makam benar-benar mudah, karena pintu gerbang berada di sisi jalan utama Jl. Raya Pangalengan - Banjaran, tepatnya di wilayah Cimaung, sangat dekat dengan pertigaan menuju tempat wisata Gunung Puntang.

    Memasuki gerbang kontur jalan menurun dan berbelok  ke kiri, kita langsung di arahkan ke parkiran. Turun dari kendaraan kita menghadap pos penjaga untuk mengisi buku tamu, setelah itu berjalan kaki menuju area pemakaman melalui tangga yang menurun dengan sisi kiri dan kanan dihiasi rimbunnya alang-alang pennisetum advena rubrum berwarna ungu kecoklatan yang mempesona. Anak tangga habis dijejaki, berbelok ke kanan yang langsung menghadap area utama makam, batuan split menjadi alas untuk berjalan sekitar 30 meter, sisi kanan terdapat toilet dan bangunan serbaguna  yang bisa pengunjung gunakan untuk berteduh dan pula sebagai mushola karena tersedia beberapa alat shalat, sedangkan sebelah kiri tertata coleus scutellarioides, arachis repens, ixora chinensis, dan foxtail agave yang berjajar berbaris menimbulkan gradasi warna-warni sesuai jenisnya masing-masing, lagi-lagi dibatas dengan batuan split, tambahan 4 elemen putih anyaman bola berdiameter skitar setengah meter sebagai kap lampu sungguh manambah nilai estetika. Area utama makam berbentuk bulat dikelilingi aliran air buatan dan dinding panjang asimetris berwarna hitam dengan kutipan indah ananda Eril penuh makna "Siapa ingin menjadi bunga indah di Surga diringin berjuta doa, maka taburlah berjuta benih kebaikan selama di dunia. - Emmeril Kahn Mumtadz-", dekat sekali dengan dinding itu terdapat juga bangku beton tempat pengunjung duduk dengan langsung menghadap makam dengan view eksotisme pesawahan warga hingga Gunung Tilu. Makam dibuat tanpa kijing, melainkan langsung diterasi keramik hitam dan nisan, rumput zoysia japonica menghiasi bagian tengah makam.

Pelataran yang mempesona.

    Makam Eril bisa dikunjungi oleh siapapun dan kapanpun, keramahan petugas, keasrian tempat serta kebersihan yang terjaga membuat kita nyaman saat berkunjung. Dijamin betah, karena di sini kita akan mendapati elemen-elemen keindahan menjadi satu menghasilkan nilai elegansi tinggi dari kehidupan hakiki dan sebuah keindahan cinta dari pemikiran kedua orang tua yang tengah didera kehilangan mendalam tak terkira yang begitu mengejutkan. - Galih M. Yusuf -

Minggu, 01 Januari 2023

Museum Sumpah Pemuda, Saksi Bisu Berkumpulnya Pemuda Pengguncang Dunia

    

Museum Sumpah Pemuda

    Museum Sumpah Pemuda yang dulu dikenal dengan nama Gedung Kramat 106 berada di Jl. Kramat Raya, No.106, RT.2/RW.9, Kwitang, Kec. Senen, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 10420. Museum Sumpah Pemuda merupakan sebuah bangunan cagar budaya dengan gaya arsitektur Indhische yang dilindungi Undang-Undang No.11 Tahun 2010.

    Bangunan yang dibangun pada abad ke-20 ini milik Sie Kong Liong dan dibangun sebagai bisnis indekos untuk mahasiswa STOVIA (School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen) dari luar Jawa. Sejak 1925 para pelajar memilih untuk tinggal di rumah indekos ini. Di rumah tersebut para pemuda mengadakan diskusi, bermain biliar, hingga digunakan sebagai tempat latihan kesenian bagi mereka yang tergabung dalam Komunitas Kesenian Jawa di STOVIA yang bernama Langen Siswo. Oleh karena itu, banyak pemuda Indonesia menjadikan rumah indekos Kramat 106  sebagai tempat berkumpul, tempat ini diberi nama gedung IC (Indonesische Clubgebow). Pada 1928, rumah ini dijadikan sebagai salah satu tempat Kongres Pemuda Kedua. Dalam kongres tersebut, dibacakan ikrar yang kemudian dikenal dengan istilah "Sumpah Pemuda". Selain itu, lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga pertamakali dikumandangkan. Para pelajar tinggal dan makan di rumah indekos Kramat 106 dengan biaya sewa senilai f 12.50, biaya tersebut sudah termasuk biaya makan tiga kali sehari. Namun, ada juga pelajar yang hanya membayar biaya sewa kos senilai f 7.50, mereka memilih untuk membeli atau memasak makanan sendiri. Mengingat pentingnya peristiwa-peristiwa yang terjadi di rumah ini, maka pemerintah Republik Indonesia pada 20 Mei 1974 menjadikan rumah ini sebagai Gedung Sumpah Pemuda.   

Sie Kong Liong muda.

    Rumah indekos Kramat 106 ini menjadi saksi sebuah peristiwa penting dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Di tempat inilah kesadaran dan semangat persatuan sebagai sebuah bangsa diikrarkan dalam peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Setelah para pelajar lulus, rumah indekos tersebut disewakan pada Pang Tjem Jam (1934-1937) sebagai rumah tinggal, lalu disewakan pada Loh Jing Tjoe (1937-1948) untuk digunakan sebagai toko bunga. Setelah kemerdekaan rumah ini digunakan sebagai hotel, lalu kantor bea cukai. Pada April 1973, Gedung Kramat 106 ini dipugar Pemda DKI Jakarta, pemugaran selesai pada 20 Mei 1973. Satu tahun kemudian, pada 20 Mei 1974 Gedung Kramat 106 ini diresmikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda.

Diorama Kongres Pemuda II


    Museum Sumpah Pemuda menyajikan 8 pameran tetap yang bisa kita nikmati di antaranya :

1. Ruang Pengenalan

    Ruangan ini memamerkan suasana Batavia tahun 1920 dan diorama aktifitas pemuda yang sedang berdiskusi di Gedung Kramat 106 saat masih menjadi pemondokkan mahasiswa sekolah STOVIA.

2. Ruang Organisasi Sebelum Sumpah Pemuda

    Ruangan ini memamerkan proses munculnya organisasi-organisasi pemuda setelah berdirinya Budi Utomo. Diantaranya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Pemoeda Kaoem Betawi, Perhimpunan Indonesia, dan Jong Islamieten Bond. Dipamerkan pula vandel-vandel organisasi pemuda, di antaranya Jong Islamietan Bond, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Perhimpunan Indonesia, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Hizbulwathon dan Kepanduan.

3. Ruang Kongres I

    Ruang ini memamerkan proses terjadinya peristiwa Kongres Pemuda I, serta organisasi yang berdiri tahun 1926 di antaranya  PPPI, dan PNI (Partai Nasional Indonesia), ditampilkan pula diorama aktivitas pemuda yang sedang mendengarkan radio.

4. Ruang Kongres II

    Ruangan ini adalah tempat teks Sumpah Pemuda dibacakan pada malam 28 Oktober 1928. Di sini digambarkan peristiwa Kongres Pemuda II yang didukung dengan koleksi relief  Undangan Kongres Pemuda II, relief lagu Indonesia Raya, Relief Keputusan Kongres Pemuda II dan diorama Kongres Pemuda II.

5. Ruang Kepanduan

    Ruangan ini memamerkan proses munculnya organsasi kepanduan yang menjadi wadah penenaman karakter para pemuda, organisasikepanduan tersebut antara lain JPO, KBI, INPO, JJP,  dan NATIJP. Selain itu dipamerkan pula bendera organisasi INPO dan alat-alat kepanduan seperti peluit, kotak P3K, dasi dan ikat pinggang.

6. Ruangan Organisasi Setelah Sumpah Pemuda

    Ruangan ini memamerkan proses pembentukkan organisasi Indonesia Muda sebagai fusi dari organisasipemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond dan Sekar Rukun. Selain itu, dapat pula dilihat koran Benih Merdeka yang menjadi bacaan  para pemuda tahun 1930-an.

7. Ruang Sejarah Lagu Indonesia Raya

    Ruangan ini memamerkan biola W.R. Supratman yang digunakan untuk menciptakan lagu Indonesia Rayadan dipakai saat melantunkan lagu tersebut pada Kongres Pemuda II. Di ruangan ini diceritakan pula proses gubahan lagu Indonesia Raya dan perjalanan hidup W.R. Supratman.

8. Ruang Perenungan

    Ruang perenungan menjadi tempat pengunjung untuk merefleksikan diri dan memaknai Sumpah Pemuda melalui pesan-pesan yang telah diberikan oleh Ki Hajar Dewantara dan Sukarno, Dipamerkan pula puisi Mohammad Yamin yang berjudul Tanah Air.

    Indonesia bukan milik satu etnis, Indonesia bukan milik satu kaum, Indonesia ada karena kebhinnekaan, tidak ada kebhinekaan, tidak ada kemerdekaan bagi tanah air tercinta. Kita sebagai generasi penerus yang berkewajiban memiliki kepedulian terhadap sejarah untuk turut melestarikannya dan terus memupuk jiwa nasionalisme, salah satunya dengan mengunjungi museum-museum yang ada.  Sebagai informasi lengkap mengenai Museum Sumpah Pemuda teman-teman bisa mengunjungi website resmi Museum Sumpah Pemuda.

    Demikian tulisan saya mengenai Museum Sumpah Pemuda. Sampai bertemu di tulisan-tulisan saya selanjutnya. - Galih M. Yusuf -

Berfoto di teras depan sebelum memasuki area dalam.

Biola milik W.R. Supratman


Selasa, 13 Desember 2022

EREVELD ANCOL, MAKAM KEHORMATAN BELANDA DI JAKARTA UTARA

 

Berfoto di Gerbang Ereveld Ancol, Jakarta Utara.

    Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat 7 ereveld atau makam kehormatan Belanda bagi Korban Perang Dunia II. Awalnya memang sekitar 22 ereveld yang tersebar di berbagai pulau yang ada di Indonesia, tetapi pada sekitar tahun 1960 Presiden Soekarno meminta kepada Kerajaan Belanda untuk merelokasi ereveld yang berada di luar Pulau Jawa yaitu Banjarmasin, Medan, Makasar dan Mandor untuk difokuskan di 1 pulau saja yaitu Pulau Jawa dan menjadi 7 tempat antara lain Ereveld Pandu di Bandung, Ereveld Leuwigajah di Cimahi, Ereveld Menteng Pulo dan Ereveld Ancol di Jakarta, Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi di Semarang dan Ereveld Kembang Kuning di Surabaya.

    Alhamdulillah pada 13 November 2022 lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu ereveld yang ada di Jakarta, yaitu Ereveld Ancol. Ereveld Ancol berada di Kompleks Taman Impian Jaya Ancol, tepat di pinggir Pantai Carnaval Ancol yang beralamat di Jl. Lodan Raya, No.7, RT.07/RW.10, Pademangan, Jakarta Utara, 14430.

Gerbang Ereveld Ancol, Jakarta Utara.

    Ereveld Ancol merupakan ereveld keempat yang saya kunjungi setelah Ereveld Pandu, Leuwigajah dan Menteng Pulo, kedepannya mudah-mudahan bisa mengunjungi ereveld lain yang berada di luar Jawa Barat. Saya mengunjungi Ereveld Ancol ini bersama adik saya mengikuti tour kesejarahan bersama Sahabat Heritage Indonesia dan di pandu langsung oleh kepala Ereveld Ancol yaitu Bapak Hadi Soesilo.

Bersama adik.

    Ketika memasuki gerbang ereveld konturnya menurun ternyata info punya info ereveld ini berada 2 meter di bawah permukaan air laut dan ketika kita melihat ke arah lautan dari gazebo yang berada di benteng bagian utara ereveld terlihat jelas area reklamasi dan rentang perbedaan permukaan antara ereveld dan permukaan air laut. Secara keseluruhan saya dibuat takjub dengan keadaan di Ereveld Ancol yang begitu tertata, bersih dan tidak tampak seperti kuburan melainkan taman seperti ereveld-ereveld lainnya. Di bagian dalam ereveld terdapat bangunan tak berdinding semacam pendopo yang digunakan sebagai area informasi untuk kita mengisi buku tamu, mendapatkan buku tentang ereveld secara cuma-cuma dan berbincang dengan pengurus ereveld, untuk buku kita bisa memilih yang berbahasa Indonesia atau berbahasa Belanda. Di bagian timur terdapat kediaman kepala ereveld dan dua toilet untuk pengunjung perempuan dan laki-laki. Dan siapapun bisa mengunjungi Ereveld Ancol karena di sini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB.


Bangunan area informasi.

Sisi utara ereveld langsung berbatasan Pantai Ancol dan area reklamasi.
 

    Ereveld Ancol diresmikan pada tanggal 14 September 1946 yang terletak di tepi Laut Jawa ini dulunya merupakan hutan rawa yang terdiri dari kawasan berawa tropis tanpa penduduk. Pada masa Perang Dunia II di lokasi yang saat ini berdiri monumen umum di dekat Hemelboom (Pohon Surga), tentara Jepang mengeksekusi ratusan pria dan wanita. Pohon Surga tersebut merupakan satu-satunya pohon yang berdiri di kawasan rawa tersebut. Kini Pohon Surga telah diawetkan dan menjadi tanda peringatan terhadap pengeksekusian yang dilakukan di sekitar pohon tersebut. Di batang pohon tersebut di tempel plakat bertuliskan puisi karya Laurence Benyon yang berjudul "For the Fallen". Di Ereveld Ancol di makamkan lebih dari 2000 korban perang yang diantaranya terdapat juga 128 militer Inggris dan Australia yang dihukum mati setelah penyerbuan tentara Jepang pada tahun 1942.


Monumen Umum Ereveld Ancol.


Hemelboom (Pohon Surga)
Di belakang ada makam Ubels, seorang gadis malang korban salah sasaran.

    Dalam periode sekitar tahun 2000, Ereveld Ancol seringkali mengalami banjir. Dulu tanggul penahan air laut terdiri dari tanah, batu dan tembok yang diperkuat dengan beton. Dengan berjalannya waktu, ketinggian tanggul semakin berkurang karena abrasi dan tidak kuat lagi menahan dorongan air laut sehingga ai masuk ke dalam area ereveld. Berminggu-minggu lamanya banjir di dalam ereveld hingga mencapai ketinggian selutut orang dewasa dan merusak rumput, tanda makam, pohon dan tanaman. Dalam situasi seperti itu seringkali Ereveld Ancol harus ditutup untuk pengunjung dalam jangka waktu lama.

    Permukaan air laut yang semakin tinggi dan dasar tanggul yang semakin turun membuat masalah semakin parah. Akhirnya pada tahun 2007 diputuskan untuk membangun sebuah tanggul baru yang mengkuti standar persyaratan Belanda. Sebuah tanggul yang menahan masuknya air laut ke ereveld dan membebaskannya dari banjir selama sekitar periode 30 tahun. Perusahaan Belanda Witteveen + Bos membuat rancangan tanggul dan pembangunannya  dilaksanakan oleh PT. Grasindo sebagai kontraktor utama dan pengawasan proyek dipegang oleh Bapak W. Buss. Oktober 2009 pelaksanaan pembangunan tanggul ini rampung dan dilanjutkan dengan renovasi ereveld secara keseluruhan. Peresmian tanggul dan pembukaan kembali Ereveld Ancol setelah renovasi dilaksanakan pada 25 Februari 2010 oleh Mr. R. S. Croll, Presiden Oorlogsgravenstiching. Tanggul tersebut diberi nama "Stenen Kustdijk" yang mewakili nama Bapak P. Steenmeijer, Direktur Oorlogsgravenstiching Indonesia dan Bapak R. da Costa. Kepala Bagian Teknik Oorlogsgravenstiching  Indonesia, yang memimpin seluruh tahapan proyek pembuatan tanggul dan renovasi Ereveld Ancol.

    Saat ini keadaan di Ereveld Ancol begitu asri, syahdu dan tentram, pula dengan pelayanan terbaik dari para petugasnya. Warna-warni bunga kamboja di setiap tengah dan sudut, bikin kita semaput susah move on dari Ereveld Ancol.

    Sekian dari saya, sampai bertemu di tulisan lainnya, sesuai dengan motto Sahabat Heritage Indonesia "Sejarah mewariskan peradaban, memuliakan kehidupan". - Galih M. Yusuf -

Kisah adalah bunga, ketika satu tangkai patah dan mati, serbuk sari pelajarannya akan berkelana, menumbuhkan kisah baru yang jauh lebih indah.










Jumat, 27 September 2019

Review Buku Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha

Review buku
LEBIH DEKAT dengan KAREL ALBERT RUDOLF BOSSCHA

Buku Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha - Galih Maulana Yusuf
Sinopsis : Karel Albert Rudolf Bosscha lahir di Den Haag pada 15 Mei 1865. Ketika berumur 22 tahun datang ke pulau Jawa. Kakeknya termasuk seorang pemilik kebun teh paling awal di negeri ini. Ia mengembangkan kebun itu dan menjadi salah seorang pria terkaya serta murah hati. Dia sumbangkan kekayaannya untuk mendirikan sekolah teknik yang kini menjadi ITB, Sositet Concordia yang kini menjadi Gedung Merdeka, serta Observatorium Bosscha yang mengabadikan namanya. KAR Bosscha wafat 26 November 1928 dimakamkan di tengah perkebunan teh Malabar. Ribuan orang mengantarnya,  dan sekarang menjadi situs yang bersejarah. Dia juga menyumbang untuk sekolah tunanetra, bisu dan tuli. Berbagai kisah menyebutkan Bosscha masih hidup di antara kita, untuk membagikan semangat mencintai masyarakat, lingkungan dan pendidikan. Dia telah memberi contoh membangun bisnis yang lestari, menyumbangkan kecerdasan dan keberuntungan untuk masyarakat.

Editor : Ridwan Hutagalung

Penerbit : Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI)

Perancang : Reza Kurniawan dan Ridwan Hutagalung

Fotografi : Myke Jeanneta, Vebertina Manihuruk, Ridwan Hutagalung, Vivera Siregar

Desain sampul : Cyprianus Jaya Napiun

Percetakan : SMK Grafika Desa Putra

Cetakan kedua : Februari 2014

Jumlah halaman : 152 halaman

Tinjauan pribadi : Buku ini merupakan sebuah buku bergaya booklet yang digagas oleh sebuah komunitas peduli sejarah di Bandung. Buku ini menerangkan sejarah singkat seorang KAR Bosscha yang begitu banyak memberikan sumbangsihnya pada Hindia Belanda, Priangan khususnya pada era sebelum kemerdekaan. Diceritakan mulai dari awal kedatangan Bosscha ke Jawa mengikuti salah satu saudaranya, kemudian mengikuti kakaknya ke Kalimantan dan kembali ke tanah Priangan hingga menjadi seorang administrator di perkebunan teh Malabar. Atas kerja kerasnya yang berbuah manis menjadikan produksi teh dari Malabar menjadi produk teh terbaik dunia pada saat itu, dan menjadikannya dia salah seorang paling termahsyur di Hindia Belanda didukung dengan pribadi yang sangat berjiwa sosial tinggi sehingga beliar dianugerahi penghargaan sebagai warga kehormatan Bandung.
Dalam buku ini banyak dibahas mengenai peninggalan dan jasa-jasa beliau, seperti Observatorium Bosscha, ITB, Gedung Merdeka, sekolah buta dan tuli, dan lain-lain. Diceritakan pula awal kelahiran Sahabat Bosscha pada 17 Agustus 2013, Sahabat Bosscha adalah sebuah komunitas yang akan menjadi wadah untuk para relawan yang peduli terhadap kelestarian Observatorium Bosscha sebagai benda cagar budaya bangsa Indonesia.
Saya kira memang buku ini adalah sebuah buku yang menceritakan lengkap sosok Bosscha secara keseluruhan, tetapi ternyata adalah sebuah buku yang mencakup banyak pembahasan, tetapi tentunya semuanya yang berkaitan dengan Bosscha. Over all buku ini recommended untuk dibaca dan wajib kita miliki bagi yang mencintai sejarah, karena memang saat ini tidak banyak buku baru yang dijual mengenai jaman Hindia Belanda khususnya Bosscha,  Jika ada kawan-kawan yang ingin membeli bisa kontak saya ya, bisi via email atau komen di bawah…
Trims, semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh…

Sabtu, 07 September 2019

Cara Membuat Surat Keterangan Usaha (SKU)


Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh,

Cara Membuat Surat Keterangan Usaha (SKU)

                Sepertinya banyak nih yang bertanya-tanya bagaimana cara membuat Surat Keterangan Usaha atau SKU ini, walaupun banya orang yang seringkali membutuhkannya tapi masih banyak  orang juga  yang belum mengetahui bagaimana cara membuatnya. Sebelum saya bahas langkah demi langkahnya, akan saya paparkan terlebih dahulu pengertian dan kegunaannya. Surat Keterangan Usaha (SKU) adalah sebuah surat pernyataan dari pihak berwenang setempat yang menerangkan bahwa orang yang namanya tertera pada surat merupakan benar bahwa orang tersebut warga dari RT sekian RW sekian yang mempunyai sebuah usaha yang disebutkan dalam surat. Biasanya seseorang yang memerlukan surat keterangan ini adalah untuk keterangan semata atau untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam pengajuan dana usaha pada salah-satu instansi lembaga keuangan atau bank.

            Untuk proses pembuatannya bisa saja berbeda alur dan persyaratannya di setiap daerah, untuk alur dan persyaratan di daerah saya yaitu salah satu wilayah di bagian selatan kabupaten Bandung tidak memerlukan surat pengantar dari RT/RW dan surat permohonan pribadi, hanya langsung saja membawa persyaratan ke kantor desa dan langsung saja ke bagian resepsionis dan utarakan bahwa tujuan kita adalah untuk membuat SKU. Ada pula di beberapa daerah yang alurnya berbeda yaitu harus membuat surat pengantar dari RT/RW dan membuat surat permohonan pribadi terlebih dahulu. 

Persyaratan yang umum adalah sebagai berikut :
1.      Surat pengantar dari RT/RW (kondisional),
2.      Surat permohonan pribadi (kondisional),
3.      F/c KTP, dan
4.      F/c kartu keluarga.

Demikianlah penuturan dari saya mengenai cara membuat Surat Keterangan Usaha (SKU), semoga bermanfaat, berkah dan sukses. Aamiin.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh