Minggu, 01 Januari 2023

Museum Sumpah Pemuda, Saksi Bisu Berkumpulnya Pemuda Pengguncang Dunia

    

Museum Sumpah Pemuda

    Museum Sumpah Pemuda yang dulu dikenal dengan nama Gedung Kramat 106 berada di Jl. Kramat Raya, No.106, RT.2/RW.9, Kwitang, Kec. Senen, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 10420. Museum Sumpah Pemuda merupakan sebuah bangunan cagar budaya dengan gaya arsitektur Indhische yang dilindungi Undang-Undang No.11 Tahun 2010.

    Bangunan yang dibangun pada abad ke-20 ini milik Sie Kong Liong dan dibangun sebagai bisnis indekos untuk mahasiswa STOVIA (School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen) dari luar Jawa. Sejak 1925 para pelajar memilih untuk tinggal di rumah indekos ini. Di rumah tersebut para pemuda mengadakan diskusi, bermain biliar, hingga digunakan sebagai tempat latihan kesenian bagi mereka yang tergabung dalam Komunitas Kesenian Jawa di STOVIA yang bernama Langen Siswo. Oleh karena itu, banyak pemuda Indonesia menjadikan rumah indekos Kramat 106  sebagai tempat berkumpul, tempat ini diberi nama gedung IC (Indonesische Clubgebow). Pada 1928, rumah ini dijadikan sebagai salah satu tempat Kongres Pemuda Kedua. Dalam kongres tersebut, dibacakan ikrar yang kemudian dikenal dengan istilah "Sumpah Pemuda". Selain itu, lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga pertamakali dikumandangkan. Para pelajar tinggal dan makan di rumah indekos Kramat 106 dengan biaya sewa senilai f 12.50, biaya tersebut sudah termasuk biaya makan tiga kali sehari. Namun, ada juga pelajar yang hanya membayar biaya sewa kos senilai f 7.50, mereka memilih untuk membeli atau memasak makanan sendiri. Mengingat pentingnya peristiwa-peristiwa yang terjadi di rumah ini, maka pemerintah Republik Indonesia pada 20 Mei 1974 menjadikan rumah ini sebagai Gedung Sumpah Pemuda.   

Sie Kong Liong muda.

    Rumah indekos Kramat 106 ini menjadi saksi sebuah peristiwa penting dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Di tempat inilah kesadaran dan semangat persatuan sebagai sebuah bangsa diikrarkan dalam peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Setelah para pelajar lulus, rumah indekos tersebut disewakan pada Pang Tjem Jam (1934-1937) sebagai rumah tinggal, lalu disewakan pada Loh Jing Tjoe (1937-1948) untuk digunakan sebagai toko bunga. Setelah kemerdekaan rumah ini digunakan sebagai hotel, lalu kantor bea cukai. Pada April 1973, Gedung Kramat 106 ini dipugar Pemda DKI Jakarta, pemugaran selesai pada 20 Mei 1973. Satu tahun kemudian, pada 20 Mei 1974 Gedung Kramat 106 ini diresmikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda.

Diorama Kongres Pemuda II


    Museum Sumpah Pemuda menyajikan 8 pameran tetap yang bisa kita nikmati di antaranya :

1. Ruang Pengenalan

    Ruangan ini memamerkan suasana Batavia tahun 1920 dan diorama aktifitas pemuda yang sedang berdiskusi di Gedung Kramat 106 saat masih menjadi pemondokkan mahasiswa sekolah STOVIA.

2. Ruang Organisasi Sebelum Sumpah Pemuda

    Ruangan ini memamerkan proses munculnya organisasi-organisasi pemuda setelah berdirinya Budi Utomo. Diantaranya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Pemoeda Kaoem Betawi, Perhimpunan Indonesia, dan Jong Islamieten Bond. Dipamerkan pula vandel-vandel organisasi pemuda, di antaranya Jong Islamietan Bond, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Perhimpunan Indonesia, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Hizbulwathon dan Kepanduan.

3. Ruang Kongres I

    Ruang ini memamerkan proses terjadinya peristiwa Kongres Pemuda I, serta organisasi yang berdiri tahun 1926 di antaranya  PPPI, dan PNI (Partai Nasional Indonesia), ditampilkan pula diorama aktivitas pemuda yang sedang mendengarkan radio.

4. Ruang Kongres II

    Ruangan ini adalah tempat teks Sumpah Pemuda dibacakan pada malam 28 Oktober 1928. Di sini digambarkan peristiwa Kongres Pemuda II yang didukung dengan koleksi relief  Undangan Kongres Pemuda II, relief lagu Indonesia Raya, Relief Keputusan Kongres Pemuda II dan diorama Kongres Pemuda II.

5. Ruang Kepanduan

    Ruangan ini memamerkan proses munculnya organsasi kepanduan yang menjadi wadah penenaman karakter para pemuda, organisasikepanduan tersebut antara lain JPO, KBI, INPO, JJP,  dan NATIJP. Selain itu dipamerkan pula bendera organisasi INPO dan alat-alat kepanduan seperti peluit, kotak P3K, dasi dan ikat pinggang.

6. Ruangan Organisasi Setelah Sumpah Pemuda

    Ruangan ini memamerkan proses pembentukkan organisasi Indonesia Muda sebagai fusi dari organisasipemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond dan Sekar Rukun. Selain itu, dapat pula dilihat koran Benih Merdeka yang menjadi bacaan  para pemuda tahun 1930-an.

7. Ruang Sejarah Lagu Indonesia Raya

    Ruangan ini memamerkan biola W.R. Supratman yang digunakan untuk menciptakan lagu Indonesia Rayadan dipakai saat melantunkan lagu tersebut pada Kongres Pemuda II. Di ruangan ini diceritakan pula proses gubahan lagu Indonesia Raya dan perjalanan hidup W.R. Supratman.

8. Ruang Perenungan

    Ruang perenungan menjadi tempat pengunjung untuk merefleksikan diri dan memaknai Sumpah Pemuda melalui pesan-pesan yang telah diberikan oleh Ki Hajar Dewantara dan Sukarno, Dipamerkan pula puisi Mohammad Yamin yang berjudul Tanah Air.

    Indonesia bukan milik satu etnis, Indonesia bukan milik satu kaum, Indonesia ada karena kebhinnekaan, tidak ada kebhinekaan, tidak ada kemerdekaan bagi tanah air tercinta. Kita sebagai generasi penerus yang berkewajiban memiliki kepedulian terhadap sejarah untuk turut melestarikannya dan terus memupuk jiwa nasionalisme, salah satunya dengan mengunjungi museum-museum yang ada.  Sebagai informasi lengkap mengenai Museum Sumpah Pemuda teman-teman bisa mengunjungi website resmi Museum Sumpah Pemuda.

    Demikian tulisan saya mengenai Museum Sumpah Pemuda. Sampai bertemu di tulisan-tulisan saya selanjutnya. - Galih M. Yusuf -

Berfoto di teras depan sebelum memasuki area dalam.

Biola milik W.R. Supratman