Selasa, 13 Desember 2022

EREVELD ANCOL, MAKAM KEHORMATAN BELANDA DI JAKARTA UTARA

 

Berfoto di Gerbang Ereveld Ancol, Jakarta Utara.

    Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat 7 ereveld atau makam kehormatan Belanda bagi Korban Perang Dunia II. Awalnya memang sekitar 22 ereveld yang tersebar di berbagai pulau yang ada di Indonesia, tetapi pada sekitar tahun 1960 Presiden Soekarno meminta kepada Kerajaan Belanda untuk merelokasi ereveld yang berada di luar Pulau Jawa yaitu Banjarmasin, Medan, Makasar dan Mandor untuk difokuskan di 1 pulau saja yaitu Pulau Jawa dan menjadi 7 tempat antara lain Ereveld Pandu di Bandung, Ereveld Leuwigajah di Cimahi, Ereveld Menteng Pulo dan Ereveld Ancol di Jakarta, Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi di Semarang dan Ereveld Kembang Kuning di Surabaya.

    Alhamdulillah pada 13 November 2022 lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu ereveld yang ada di Jakarta, yaitu Ereveld Ancol. Ereveld Ancol berada di Kompleks Taman Impian Jaya Ancol, tepat di pinggir Pantai Carnaval Ancol yang beralamat di Jl. Lodan Raya, No.7, RT.07/RW.10, Pademangan, Jakarta Utara, 14430.

Gerbang Ereveld Ancol, Jakarta Utara.

    Ereveld Ancol merupakan ereveld keempat yang saya kunjungi setelah Ereveld Pandu, Leuwigajah dan Menteng Pulo, kedepannya mudah-mudahan bisa mengunjungi ereveld lain yang berada di luar Jawa Barat. Saya mengunjungi Ereveld Ancol ini bersama adik saya mengikuti tour kesejarahan bersama Sahabat Heritage Indonesia dan di pandu langsung oleh kepala Ereveld Ancol yaitu Bapak Hadi Soesilo.

Bersama adik.

    Ketika memasuki gerbang ereveld konturnya menurun ternyata info punya info ereveld ini berada 2 meter di bawah permukaan air laut dan ketika kita melihat ke arah lautan dari gazebo yang berada di benteng bagian utara ereveld terlihat jelas area reklamasi dan rentang perbedaan permukaan antara ereveld dan permukaan air laut. Secara keseluruhan saya dibuat takjub dengan keadaan di Ereveld Ancol yang begitu tertata, bersih dan tidak tampak seperti kuburan melainkan taman seperti ereveld-ereveld lainnya. Di bagian dalam ereveld terdapat bangunan tak berdinding semacam pendopo yang digunakan sebagai area informasi untuk kita mengisi buku tamu, mendapatkan buku tentang ereveld secara cuma-cuma dan berbincang dengan pengurus ereveld, untuk buku kita bisa memilih yang berbahasa Indonesia atau berbahasa Belanda. Di bagian timur terdapat kediaman kepala ereveld dan dua toilet untuk pengunjung perempuan dan laki-laki. Dan siapapun bisa mengunjungi Ereveld Ancol karena di sini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB.


Bangunan area informasi.

Sisi utara ereveld langsung berbatasan Pantai Ancol dan area reklamasi.
 

    Ereveld Ancol diresmikan pada tanggal 14 September 1946 yang terletak di tepi Laut Jawa ini dulunya merupakan hutan rawa yang terdiri dari kawasan berawa tropis tanpa penduduk. Pada masa Perang Dunia II di lokasi yang saat ini berdiri monumen umum di dekat Hemelboom (Pohon Surga), tentara Jepang mengeksekusi ratusan pria dan wanita. Pohon Surga tersebut merupakan satu-satunya pohon yang berdiri di kawasan rawa tersebut. Kini Pohon Surga telah diawetkan dan menjadi tanda peringatan terhadap pengeksekusian yang dilakukan di sekitar pohon tersebut. Di batang pohon tersebut di tempel plakat bertuliskan puisi karya Laurence Benyon yang berjudul "For the Fallen". Di Ereveld Ancol di makamkan lebih dari 2000 korban perang yang diantaranya terdapat juga 128 militer Inggris dan Australia yang dihukum mati setelah penyerbuan tentara Jepang pada tahun 1942.


Monumen Umum Ereveld Ancol.


Hemelboom (Pohon Surga)
Di belakang ada makam Ubels, seorang gadis malang korban salah sasaran.

    Dalam periode sekitar tahun 2000, Ereveld Ancol seringkali mengalami banjir. Dulu tanggul penahan air laut terdiri dari tanah, batu dan tembok yang diperkuat dengan beton. Dengan berjalannya waktu, ketinggian tanggul semakin berkurang karena abrasi dan tidak kuat lagi menahan dorongan air laut sehingga ai masuk ke dalam area ereveld. Berminggu-minggu lamanya banjir di dalam ereveld hingga mencapai ketinggian selutut orang dewasa dan merusak rumput, tanda makam, pohon dan tanaman. Dalam situasi seperti itu seringkali Ereveld Ancol harus ditutup untuk pengunjung dalam jangka waktu lama.

    Permukaan air laut yang semakin tinggi dan dasar tanggul yang semakin turun membuat masalah semakin parah. Akhirnya pada tahun 2007 diputuskan untuk membangun sebuah tanggul baru yang mengkuti standar persyaratan Belanda. Sebuah tanggul yang menahan masuknya air laut ke ereveld dan membebaskannya dari banjir selama sekitar periode 30 tahun. Perusahaan Belanda Witteveen + Bos membuat rancangan tanggul dan pembangunannya  dilaksanakan oleh PT. Grasindo sebagai kontraktor utama dan pengawasan proyek dipegang oleh Bapak W. Buss. Oktober 2009 pelaksanaan pembangunan tanggul ini rampung dan dilanjutkan dengan renovasi ereveld secara keseluruhan. Peresmian tanggul dan pembukaan kembali Ereveld Ancol setelah renovasi dilaksanakan pada 25 Februari 2010 oleh Mr. R. S. Croll, Presiden Oorlogsgravenstiching. Tanggul tersebut diberi nama "Stenen Kustdijk" yang mewakili nama Bapak P. Steenmeijer, Direktur Oorlogsgravenstiching Indonesia dan Bapak R. da Costa. Kepala Bagian Teknik Oorlogsgravenstiching  Indonesia, yang memimpin seluruh tahapan proyek pembuatan tanggul dan renovasi Ereveld Ancol.

    Saat ini keadaan di Ereveld Ancol begitu asri, syahdu dan tentram, pula dengan pelayanan terbaik dari para petugasnya. Warna-warni bunga kamboja di setiap tengah dan sudut, bikin kita semaput susah move on dari Ereveld Ancol.

    Sekian dari saya, sampai bertemu di tulisan lainnya, sesuai dengan motto Sahabat Heritage Indonesia "Sejarah mewariskan peradaban, memuliakan kehidupan". - Galih M. Yusuf -

Kisah adalah bunga, ketika satu tangkai patah dan mati, serbuk sari pelajarannya akan berkelana, menumbuhkan kisah baru yang jauh lebih indah.